Kebebasan Kognitif Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat

Kebebasan Kognitif Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat

19/12/2021 0 By adminnhri

Nhri.net – Kebebasan kognitif atau “hak untuk menentukan nasib sendiri secara mental” adalah kebebasan individu untuk mengontrol sistem mental, kognisi, dan keyakinan dirinya. Konsep ini dibahas sebagai perpanjangan dari komitmen yang mendasarinya,  hak atas kebebasan berpikir. Meskipun ini adalah konsep yang relatif didefinisikan ulang, banyak ahli teori jadi mutlak dalam kebebasan kognitif  karena kemajuan teknologi dalam pengetahuan saraf amat mungkin kemampuan mereka yang terus meningkat untuk secara langsung mempengaruhi kesadaran.

Kebebasan Kognitif Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat

Kebebasan Kognitif Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat – Kebebasan kognisi bukanlah hak yang dianggap oleh hukum hak asasi manusia internasional, tapi dianggap secara terbatas di Amerika Serikat dan dianggap sebagai komitmen yang mendasari banyak hak yang diakui. Wrye Sententia dan Richard Glenn Boire, seorang ahli teori hukum dan pengacara, pendiri dan direktur  Center for Nonprofit Cognitive Freedom plus Ethics (CCLE). Centencia dan Boir melukiskan kebebasan kognisi sebagai “hak seluruh individu untuk berpikir secara mandiri, mandiri, pakai seluruh kemampuan hati mereka, dan  terlibat dalam cara berpikir yang berbeda.”

 Sententia dan Boile menanggapi meningkatnya keperluan dapat teknologi untuk memantau dan memanipulasi fungsi kognitif dan  untuk meyakinkan otonomi kognitif dan privasi teristimewa Memahami konsep kebebasan.

 Sententia membagi penerapan sesungguhnya dari kebebasan kognitif jadi dua prinsip. Orang tidak boleh dipaksa untuk mengonsumsi tehnik atau obat psikotropika spesifik yang  dapat berinteraksi langsung dengan otak kalau kalau perilakunya merugikan orang lain.

Baca Juga : Kewajiban Sebuah Negara Melindungi Hak Asasi Manusia

 Setelah itu, orang tidak boleh dikecualikan dari atau dihukum karena kejahatan dari pemakaian obat-obatan atau teknologi emosional baru kalau kalau mereka bertindak berbahaya bagi orang lain.

 Kedua segi  kebebasan kognitif ini mengingatkan kami terhadap buku Ecstasy Politics th. 1968 karya Timothy Leary, The Two Commandments of the Molecular Age. kesadaran saya.

 Oleh karena itu, para pendukung kebebasan kognitif  memaksakan kewajiban negatif dan positif terhadap negara, tidak mengganggu kesepakatan, melibatkan sistem kognitif individu, dan individu mendefinisikan “alam batinnya”. , Bertujuan untuk dapat mengontrol cuma fungsi mental.

Kebebasan dari gangguan

Kewajiban pertama, yaitu  mencegah diri dari intervensi yang melibatkan sistem kognitif seseorang secara tidak konsisten, memiliki tujuan untuk melindungi orang selanjutnya dari memodifikasi atau memantau sistem  mental orang selanjutnya tanpa persetujuan atau sepengetahuan orang tersebut. seolah-olah mereka tersedia di sana. Teknik saraf layaknya stimulasi magnetik transkranial dan perekaman gelombang otak (atau “sidik jari otak”), dan penghambatan reuptake serotonin selektif layaknya nootropics dan modafinyl. Perbaikan farmakologi dalam wujud agen (SSRI) secara berkelanjutan Obat psikoaktif lain yang mempengaruhi kemampuan untuk memantau dan mengarahkan kognisi terus menerus meningkatkan orang. Akibatnya, banyak ahli teori  lantas mengedepankan pentingnya mengakui kebebasan kognitif untuk melindungi individu dari pemakaian tehnik tersebut. Makan dan ubah orang-orang ini. Ini memperlihatkan bahwa “negara wajib dilarang menyerang lingkungan internal seseorang,  membuka asumsi mereka, menyesuaikan emosi mereka, atau memanipulasi selera teristimewa mereka.” Kekhawatiran etis spesifik berkenaan pemakaian  pengetahuan saraf dan teknologi untuk menghancurkan atau menyerang otak telah melahirkan bidang  neuroetika dan neuroprivatisasi.

  Elemen kebebasan kognitif ini adalah intervensi yang disetujui pemerintah di dalam kognisi individu, berasal dari “pengobatan” psikologis paksa pada kaum homoseksual di Amerika Serikat sebelum th. 1970-an hingga perlindungan obat-obatan psikotropika non-konsensual secara tidak sadar. . Warga AS  sepanjang proyek MKULtra CIA bakal memaksa individu untuk mengimbuhkan obat-obatan psikotropika sehingga mereka mampu diadili secara hukum. Futuris dan ahli bioetika George Dvorsky, presiden Institut Etika dan Teknologi Berkembang, sudah mengidentifikasi elemen kebebasan kognitif ini sebagai relevan dengan diskusi tentang penyembuhan masalah spektrum autisme. Fara Honey termasuk mengusulkan perlindungan hukum kebebasan kognitif sebagai langkah untuk merawat diri berasal dari  menyalahkan diri sendiri  di dalam Pasal 5 Amandemen  Konstitusi AS, yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan manusia untuk mengakses memori.

 Elemen kebebasan kognitif ini kerap didefinisikan sebagai kebebasan individu berasal dari intervensi pemerintah di dalam kognisi manusia, namun Anda menganjurkan  “alam batin”. Bublitz dan Merkel sudah mengusulkan pengenalan tindak pidana baru yang “menghukum intervensi yang secara serius mengakibatkan kerusakan integritas mental orang lain dengan mengakibatkan kerusakan kontrol mental atau pakai kelemahan intelektual yang ada.” Intervensi segera yang kurangi atau mengakibatkan kerusakan keterampilan kognitif seperti memori, konsentrasi, dan kemauan keras. Ubah preferensi, keyakinan, atau kecenderungan perilaku. Oleh karena itu, cedera berasal dari cedera psikologis yang mampu diidentifikasi secara klinis yang membuat emosi yang tidak pantas terlebih tidak mampu diterima dan dituntut. Sententia plus Boat termasuk menyuarakan keprihatinan bahwa bisnis dan instansi non-pemerintah lainnya mampu pakai neuroteknologi baru untuk membuat perubahan proses mental seseorang tanpa persetujuan.

Kebebasan memilih nasib sendiri

Komitmen pertama bertujuan untuk merawat individu berasal dari masalah proses kognitif oleh negara, perusahaan, atau individu lain, sedangkan komitmen ke-2 mengimbuhkan kebebasan individu  untuk membuat perubahan atau meningkatkan kesadarannya. Individu yang menikmati aspek kebebasan kognitif ini bebas untuk membuat perubahan proses mental mereka. Metode tidak segera seperti meditasi, yoga dan doa. Atau lewat intervensi kognitif segera dengan obat-obatan psikotropika dan neuroteknologi.

 Psikotropika adalah langkah yang efektif untuk membuat perubahan faedah kognitif, sehingga banyak yang mendukung kebebasan kognitif termasuk merupakan pendukung amandemen undang-undang narkoba. Dia mengklaim bahwa “perang melawan narkoba” memang adalah “perang pada kondisi mental”. CCLE dan pendukung kebebasan kognitif lainnya seperti Cognitive Liberty UK sudah berkampanye untuk meninjau dan mereformasi undang-undang narkoba. Salah satu komitmen panduan paling penting CCLE adalah “Pemerintah tidak boleh melarang secara kriminal pengalaman peningkatan kognitif atau  kondisi mental.” Berdasarkan kebebasan kognitif, tersedia seruan untuk mereformasi pembatasan pemanfaatan penambah kognitif resep  (juga dikenal sebagai obat pintar atau nootropics) seperti Prozac, Ritalin, dan Adderall.

 Unsur kebebasan kognitif ini termasuk amat penting bagi  pendukung gerakan transhumanis, yang komitmen utamanya adalah meningkatkan kinerja mental seseorang. Dr. Wrye Sententia  mengedepankan pentingnya kebebasan kognitif untuk memastikan kebebasan untuk mengejar perbaikan mental manusia dan kebebasan untuk memilih untuk tidak jadi lebih baik. Sententia berpendapat bahwa pengakuan “hak untuk  mengarahkan, memodifikasi, atau meningkatkan (dan bukan) proses berpikir” penting untuk penerapan  bebas neuroteknologi baru untuk meningkatkan kognisi  orang. Serta sesuatu perihal yang melewati rancangan independensi berasumsi dikala ini diperlukan.Cententia beranggapan kalau” daya independensi kognitif merupakan buat mencegah tidak cuma mereka yang mau membuat pergantian otak mereka, tetapi terbatas mereka yang tidak.”

Ikatan bersama hak asas orang yang diakui Independensi kesadaran dikala ini tidak diakui selaku hak asas orang di dasar Kesepakatan Hak Asas Orang Global. Independensi berasumsi diakui di dalam Artikel 18 Keterangan Umum Hak Asas Orang( UDHR), tetapi wajib dibedakan dari independensi kesadaran sebab mencegah independensi berasumsi orang. Aku terpikat buat mencegah independensi orang buat berasumsi mengenai tahap yang mereka mau. Sudah dikemukakan kalau minimnya bantuan independensi kognitif di dalam akta hak asas manusia merupakan sebab relatif minimnya teknologi yang dengan cara langsung sanggup mempengaruhi independensi intelektual dikala Kesepakatan Hak Asas Orang ditandatangani. Diperkirakan kalau benak orang pada saat itu tidak terbawa- bawa oleh akal busuk, pengawasan, ataupun pergantian langsung, serta sebab itu tidak wajib dengan cara akurat mencegah orang dari penyakit psikologis yang tidak di idamkan. Tetapi, buat mengestimasi perkembangan terbaru serta perkembangan wawasan saraf di masa depan, dibilang kalau bantuan yang sanggup ditegakkan seperti itu imbuh diperlukan.

Independensi kesadaran sanggup dicermati selaku perpanjangan ataupun” pembaruan” hak atas independensi berasumsi di dalam uraian konvensional. Independensi berasumsi terbatas wajib dimengerti selaku hak buat memilah situasi pikirannya sendiri serta memuat dari pikirannya sendiri. Tetapi, lebih dari satu pihak beranggapan kalau independensi berkognisi selaku komitmen yang melandasi independensi berasumsi, berekspresi serta berkeyakinan sudah jadi badan integral dari kerangka hak asas orang global. Daniel Waterman serta Casey William Hardison beranggapan kalau independensi kognitif merupakan bawah dari independensi berasumsi, yang mencakup hak buat hadapi situasi pemahaman yang berganti serta anomali. Ini melingkupi keahlian buat hadapi beraneka ragam pengalaman, serta independensi kognitif diklaim selaku badan dari derajat yang menempel pada orang, begitu juga didefinisikan di dalam Artikel 1 UDHR. Beberapa besar pendukung kebebasan akur kalau independensi kognitif wajib dengan cara akurat diakui selaku hak asas orang buat mencegah bersama bagus independensi kesadaran orang( hak terpisah atas independensi berasumsi).).